Sabtu, 17 Mei 2014

Golput, tapi tak golput




“Sebuah coretan diatas kertas lusuh terinjak-injak teman sekelas yang berisi tentang nasib pemimpin yang akan memegang tampuk pemerintahan negeri kita tercinta indonesia, di tengah apatisme global”



Mei 2014, tinta ini menceceri kertas lusuh ini, yap, di bulan mei tahun 2014, bulan dimana kita, aku dan kalian semua akan memilih pemimpin yang akan menahkodai negeri kita tercinta ini, Indonesia,

“Pilpres is around the corner, but do I care?” pernah denger kata-kata kayak gini gak? Rasanya telinga ini gatel banget denger perkataan kayak gini, tau gak, orang-orang yang ngucapin kata kata ini beranggapan bahwa walaupun toh presiden ganti, indonesia gak akan berubah, ya gini gini aja, malah semakin ganti presiden semakin aneh gak maju-maju, dan yang sangat disayangkan mereka didominasi oleh para pemuda dan pemudi, orang-orang yang seharusnya disiapkan untuk mengusung harga diri bangsa indonesia, tapi

mereka malah terbawa salah satu arus globalisasi, yaitu apatisme global, “maklum lah anak muda kan masih labil” oh, sorry banget, no excuses bro, gak ada alasan apapun bagi para pengusung harga diri bangsa untuk meruntuhkan harga diri bangsa itu sendiri, karena, ya gimana ya.. seakan akan bangsa ini gak punya harga diri, bergerak dari ketidakpedulian terus ingin merusak tata negara dengan keapatisannya,
Disini ana akan sedikit ulas tentang fenomena baru yang terjadi di negri ini, dan tentu saja fenomena ini lahir sebagai buah dari apatisme global masyarakat indonesia yang semakin menggila dari taun ke taun , apa itu ? yaitu Golput, ya golput dari taun ketaun terus merangsek naik dan semakin mengkhawatirkan (bahkan tahun ini persentasi golput diatas 20 % ,sedang PDI mendapat suara 18 % ),
Tapi untuk golput yang sekarang ini ada modus baru, yaitu Golput, tapi enggak golput, Faham ? gini maksudnya, mereka mereka ini (Golput tapi tak golputers) menganggap kalo mereka gak kenal sama capres capres yang ada,dan menganggap kalo sistem politik di indonesia ini sudah mencapai tingkat kerusakan yang keterlaluan, dari korupsi aja sudah sekian banyak bahkan dilakukan oleh petinggi-petinggi yang tak terduga seperti MK dan sebagainya, belum lagi penyelewengan politik yang juga marak dari ujung ke ujung aspek perpolitikan di negri ini, sebenernya dari dulu pemilu ya begini ini, masa kita mau sok kenal ama presidennya “oh itu tetangga ana, sohibnya walidi itu” engga juga kan? Walaupun toh mungkin ada, artinya memang beginilah sistem politik demokrasi, nah jatuhnya mereka mereka memakai dalih ini untuk golput,

Itu dulu, tapi sekarang mereka punya cara yang lebih canggih, yaitu “nyoblos ngasal” dan “asal coblos, biar gak golput”, mengerikan bukan? Satu saja suara yang masuk kedalam perhitungan, itu adalah nasib rakyat dibawah kepemimpinan seorang presiden terpilih selama 5 taun, kok malah dibuat ngasal,? Memang secara lahiriah mereka nyoblos, tapi secara maknawi mereka golput, malah lebih parah dari golput.. kalo begini terus, mau gimana jadinya negara ini ?
apa Cuma koar-koarnya tok dalam menuntut keadilan yang besar? Tapi disaat negara butuh suara untuk menegakkan keadilan malah maen-maen. Sampe sebegitu keterlaluankah harga diri bangsa ini?

Hei pemuda! kita calon pemimpin bangsa dimasa depan kan?
Hei calon Pemimpin! kita pengusung harga diri bangsa kan?
Atau kita hanyalah borok yang harus segera diplester ?
Atau kita hanyalah aib yang harus disembunyikan dari publik ?
Siapa kita sebenarnya ?!
Saudara, mendongaklah ke langit !
Lalu hamparkan wajahmu pada nasib bangsa ini !
Mari kita buat diri kita layak tuk pimpin negri ini pada dasawarsa depan
Sudah saatnya kita lepaskan kacamata kuda bernama apatisme itu
Demi indonesia…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar