"Geraldine, jadilah kau pemeran bintang namun jika kau mendengar pujian para pemirsa dan kau mencium harum memabukkan bunga-bunga yang dikirim untukmu, waspadailah.
Duduklah dan bacalah surat ini… aku adalah Ayahmu. Kini adalah giliranmu untuk tampil dan menggapai puncak kebanggan. Kini adalah giliranmu untuk melayang ke angkasa bersama riuh suara tepuk tangan para pemirsa.
Terbanglah ke angkasa namun sekali-kali pijakkan kakimu di bumi dan saksikanlah kehidupan masyarakat. Kehidupan yang mereka tampilkan dengan perut kosong kelaparan di saat kedua kaki mereka bergemetar karena kemiskinan. Dulu aku juga salah satu dari mereka."
Charlie chaplin, siapa yang gak tau
dia, artis dan sutradara sukses sekaligus badut pantomim yang membuat jagat
raya terbahak karenanya,
Figurnya sederhana, walaupun tenar,
menjadi orang nomor 1 di dunia Film Hitam putih tak membuatnya jemawa, dengan
begitu Pria British kelahiran 16 April 1889 yang dianugerahi gelar “Sir” pada usia 86 tahun ini hidup
apa adanya.
nah kali ini ana bakal kasi tau
surat dari Charlie untuk putrinya, begitu menyayat, dan tentu saja, mengandung
sebuah filosofi yang luar biasa, cekidot.
(Surat Charlie Chaplin untuk
Geraldine putrinya)
Geraldine putriku, aku jauh darimu,
namun sekejap pun wajahmu tidak pernah jauh dari benakku. Tapi kau dimana? Di
Paris di atas panggung teater megah… aku tahu ini bahwa dalam keheningan malam,
aku mendengar langkahmu. Aku mendengar peranmu di teater itu, kau tampil
sebagai putri penguasa yang ditawan oleh bangsa Tartar.
Geraldine, jadilah kau pemeran
bintang namun jika kau mendengar pujian para pemirsa dan kau mencium harum
memabukkan bunga-bunga yang dikirim untukmu, waspadailah.
Duduklah dan bacalah surat ini… aku
adalah Ayahmu. Kini adalah giliranmu untuk tampil dan menggapai puncak
kebanggan. Kini adalah giliranmu untuk melayang ke angkasa bersama riuh suara
tepuk tangan para pemirsa.
Terbanglah ke angkasa namun
sekali-kali pijakkan kakimu di bumi dan saksikanlah kehidupan masyarakat.
Kehidupan yang mereka tampilkan dengan perut kosong kelaparan di saat kedua
kaki mereka bergemetar karena kemiskinan. Dulu aku juga salah satu dari mereka.
Geraldine putriku, kau tidak
mengenalku dengan baik. Pada malam-malam saat jauh darimu aku menceritakan
banyak kisah kepadamu namun aku tidak pernah mengungkapkan penderitaan dan
kesedihanku.
Ini juga kisah yang menarik. Cerita
tentang seorang badut lapar yang menyanyi dan menerima sedekah di tempat
terburuk di London.
Ini adalah ceritaku. Aku telah
merasakan kelaparan. Aku merasakan pedihnya kemiskinan. Yang lebih parah lagi,
aku telah merasakan penderitaan dan kehinaan badut gelandangan itu yang
menyimpan gelombang lautan kebanggaan dalam hatinya.
Aku juga merasakan bahwa urang
recehan sedekah pejalan kaki itu sama sekali tidak meruntuhkan harga dirinya.
Meski demikian aku tetap hidup.
Geraldine putriku, dunia yang kau
hidup di dalamnya adalah dunia seni dan musik. Tengah malam saat kau keluar
dari gedung teater itu, lupakanlah para pemuja kaya itu.
Tapi kepada sopir taksi yang
mengantarmu pulang ke rumah, tanyakanlah keadaan istrinya. Jika dia tidak punya
uang untuk membeli pakaian untuk anaknya, sisipkanlah uang di sakunya secara
sembunyi-sembunyi.
Geraldine putriku, sesekali naiklah
bus dan kereta bawah tanah. Perhatikanlah masyarakat. Kenalilah para janda dan
anak-anak yatim dan paling tidak untuk satu hari saja katakan: “Aku juga bagian
dari mereka”.
Pada hakikatnya kau benar-benar
seperti mereka. Seni sebelum memberikan dua sayap kepada manusia untuk bisa
terbang, ia akan mematahkan kedua kakinya terlebih dahulu.
Ketika kau merasa sudah berada di
atas angin, saat itu juga tinggalkanlah teater dan pergilah ke pinggiran Paris
dengan taksimu.
Aku mengenal dengan baik wilayah
itu. Di situ kau akan menyaksikan para seniman sepertimu. Mereka berakting
lebih indah dan lebih menghayati daripada kamu.
Bedanya di situ tidak akan kau
temukan gemerlap lampu seperti di teatermu. Ketahuliah bahwa selalu ada orang
yang berakting lebih baik darimu.
Geraldine putriku, aku mengirimkan
cek ini untukmu, belanjakanlah sesuka hatimu. Namun ketika kau ingin
membelanjakan dua franc, berpikirlah bahwa franc ketiga bukan milikmu.
Itu adalah milik seorang miskin yang
memerlukannya. Jika kau menghendakinya, kau dapat menemukan orang miskin itu
dengan sangat mudah. Jika aku banyak berbicara kepadamu tentang uang, itu
karena aku mengetahui kekuatan ‘anak setan’ ini dalam menipu…..
Geraldine putriku, masih ada banyak
hal yang akan aku ceritakan kepadamu, namun aku akan menceritakannya di
kesempatan lain.
Dan aku akhiri suratku ini dengan,
“Jadilah manusia, suci dan satu
hati, karena lapar, menerima sedekah, dan mati dalam kemiskinan, seribu kali
lebih mudah dari pada kehinaan dan tidak memiliki perasaan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar