Tentang keadaan kota dan Negeri ini
Dedengkot politik dan para badut temui
petinggi
Mengedip mata dan menari diatas janji
Panggung panggung mulai digelar
Artis dan penyanyi mulai didatangkan
Duit ditebar, serangan fajar dilancarkan
Sebagai upah, untuk membayar kebodohan
rakyat dan bangsa negri ini
Tatkala Sang Gembala melenggang
Menyusuri tiap tiap jalan hingga pelosok
negeri
Para joker politik mengumbar khurafat
Masa Bodoh,
Rakyat hanya berliur dengan uang yang dibawanya
Tak ada yang peduli dengan omong
kosongnya
Masa Bodoh,
Para Bedebah pun tak berharap
didengarkan
Bahkan mereka berharap rentetan
janji-janjinya terlupakan
Uang cair, nomorpun terpilih
Takhta terjerat,perutpun kenyang
Lantas,
Sebatas inikah harga diri bangsa?
Sang Gembala terperangah,
Hatinya panas, tatapannya tajam
Kepalan tangan teracung, kepala mendongak
ke langit
Diapun bangkit, menyandang jas hitam
lusuhnya
Lalu berjalan tanpa arah,
Lalu berjalan tanpa arah,
Apa yang ada di fikirannya ?
“Saudara, sebatas inikah harga diri
bangsa ?”
Rasakanlah panas hati sang gembala !
Semangatnya bagaikan obor yang
sensasinya menjalar keseluruh urat dan saraf !
Mengepal tinju, siap sedia untuk
menghantam sombongnya dunia
Saudara, Cicipilah derita para duafa !
Para fakir menelan pakan ternak !
Orang miskin menjual anaknya pada
saudagar kaya
Tak ada kabar baik bagi anak-anak yang
ditinggal mati ayahnya
Saudara, Masih tegakah kita bersifat
apatis ?
Ketahuilah bahwa Bangsa kita adalah kita
! Seutuhnya !
Saudara,
Perhelatan akbar masih menyisakan beberapa
hari lagi
Maka, Hei Para Penuntut Hak !
Gunakanlah Hak Pilih dengan bijak !
Agar singa lantang pembela bangsa duduk
sebagai pemimpin
Agar kalian tak meronta – ronta lagi
Agar tak ada ketidaksejahteraan lagi
Demi tanah air tercinta ,Indonesia
Bangil, 6 April 2014
Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar