Hidup adalah ujian, statemen ini akrab banget bagi telinga-telinga kita, sering banget disampein waktu khotbah, baik khotbah jumat atau khotbah-khotbah yang lain, motivator-motivator juga gemar memakai statemen ini dalam materinya,kadang juga muncul sebagai status facebook ataupun twitter bahkan juga jadi caption buat beberapa gambar di 9Gag, intinya “Hidup adalah Ujian” sudah familiar banget buat kita
Hidup adalah ujian, oke berarti kita ada di sebuah ruangan tertentu lalu mengerjakan sebuah ujian bernama ‘Kehidupan’ , lalu siapakah pengujinya? Tuhan ?
tentu saja, tak ada yang lebih layak sebagai penguji selain-Nya, pesertanya ? kita kita ini, jelas, para penanggung jawab atas ujian ‘kehidupan’ yang dilontarkan oleh Sang Penguji
Well, berarti ‘kehidupan’ kita saat ini hanyalah sekedar kata
kehidupan dengan tanda kutip disebelah kanan dan kirinya, karena kehidupan
hakiki kita bukan disini, semesta alam dan seisinya ini hanyalah ruang
ujian-Nya dan setiap yang bernafas adalah peserta ujian, maka, jelas bahwa
tujuan utama setiap yang bernafas adalah lulus ujian dan segera bebas dari
penjara daging ini menuju ketidakterbatasan.
But, wait a moment, materi apa yang keluar di ujian ini ?
bagaimana kalo ada yang gak bisa mengerjakannya dengan benar dan lulus
melampaui manusia ? tidakkah kita sangat butuh dengan yang namanya ‘contekan’ ?
siapa yang bisa dicontek ? siapa yang bisa mengerjakan semuanya dengan benar
tanpa selip dan salah ?
Sang penguji maha bijaksana, tak setiap person mampu
menjalankan ujian yang dilimpahkan, maka tuhan utus Rasulullah dan ahlulbayt,
sosok yang mampu mengerjakan setiap ujian demi ujian yang beranak pinak ditiap
detik dalam masa hidup seorang peserta di ruang ujian-Nya, membimbing setiap
peserta dan membiarkan semuanya mencontek figur agung beliau-beliau
sekalian,tak cukup disitu, Sang Penguji pun sebarkan kertas contekan ke seluruh
penjuru dan pelosok dunia, familiar dengan nama Kitabullah, tuhan pun tak ragu
menuliskan contekan jawabannya di depan papan tulis agar seluruh mata
melihatnya dengan jelas,dan hal itu tuhan beri judul dengan kata “Syariat” ,
yang kelak jika para peserta ini menyalin “Syariat” sebagai jalan hidupnya,
maka tentu itu untuk kesempurnaan diri-diri mereka sendiri,
Terkadang saat ujian, masalah kerap terjadi, ada peserta yang
tertidur saat ujian, yang keluar duluan sebelum bel berdering pun tak sedikit,
bahkan ada yang mengeluh dengan kata-kata seperti ini :
“Tuhan tak sayang
padaku, Dia telah menghinakanku, Seluruh nikmat yang ia berikan telah lenyap,
Ah! Seandainya tuhan tak menciptakanku dengan syahwat keabadian! Kecintaan
terhadap hal yang takkan sirna! , Hasrat terhadap nikmat yang tak
terputus-putus! Sungguh tuhan tak bijaksana!! Kenapa tuhan ciptakan aku dengan
syahwat keabadian ! kenapa ?! kenapa !?”
Haha, dasar para pedamba, selalu saja
begitu, syahwat keabadian membuatnya lupa bahwa tuhan telah ciptakan kehidupan
yang hakiki, dimana semuanya bisa menuntaskan semua hasratnya, kita Cuma harus
lulus, tak ada yang lain, manusiawi bagi kita yang selalu dambakan keabadian,
tapi terlalu manusiawi terkadang tak sehat, melampaui manusia adalah salah satu
jalan menuju adimanusia, jaminan lulus ujian dalam genggaman, lidahpun sudah
basah, rindu akan manisnya seteguk keabadian dan takkan pernah rasakan dahaga
lagi, selamanya
Di
ruang ujian tuhan,semua bebas memilih, tak ada paksaan bagi peserta congkak
yang ingin menolak contekan dari sang penguji,dan mengerjakannya dengan caranya
sendiri, sebelum akhirnya mereka menuju pintu keluar, entah dengan wajah berseri
percaya diri atau tertunduk pesimistis, kelak semua peserta akan mendengar
nama-nama mereka yang lulus dan siapa saja yang gagal, mereka yang lulus akan
berbunga hatinya, matanya yang bersinar kan memandang wejangan dan jamuan ilahi
yang disiapkan untuk para jawara dan yang gagal
akan tertunduk malu sebagai pecundang,memasang raut wajah yang takut
akan petaka dan siksa yang telah menantinya di ujung jalan nun jauh dijurang
gelap tanpa dasar di lembah jahannam,
Kau cuma harus lulus, itu saja, bisakah kau melakukannya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar